Jumat, 13 Agustus 2010

ayat-ayat dan hadist tentang kejujuran

يآ أَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنْ جآءَكُمْ فاَسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوْا أَنْ تُصِيْبُوْا قَوْماً بِجَهاَلَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلَى ماَ فَعَلْتُمْ ناَدِمِيْنَ
“Hai orang2 yg beriman jika datang kepada kalian orang fasik membawa suatu berita mk periksalah dgn teliti agar kalian tdk menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaan yg menyebabkan kalian menyesal dgn perbuatan itu.”
Penjelasan Ayat
Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah berkata: “ termasuk adab yg sepantas diamalkan bagi orang yg berakal. Yakni apabila ada seorang yg fasiq mengabarkan suatu berita agar mengecek berita jangan begitu saja mengambilnya. Sebab yg demikian ini bisa menyebabkan bahaya besar dan menjatuhkan ke dlm dosa. Karena apabila berita disejajarkan dgn kedudukan berita seorang yg adil dan jujur lalu menghukumi berdasarkan konsekuensi mk akan terjadi kerugian jiwa dan harta tanpa hak dgn sebab berita tersebut sehingga menyebabkan penyesalan. Yang wajib dlm menyikapi berita seorang yg fasiq adl meneliti dan mencari kejelasan. Apabila ada penguat yg menunjukkan kebenaran mk diamalkan dan dibenarkan. Dan apabila yg menunjukkan kedustaan mk didustakan dan tdk diamalkan. mk di dlm terdapat dalil tentang diterima berita seorang yg jujur dan berita pendusta adl tertolak sedangkan berita seorang yg fasiq disikapi tawaqquf sebagaimana yg telah kita jelaskan. Oleh karena para ulama salaf menerima banyak riwayat dari Khawarij yg dikenal kejujuran walaupun mereka termasuk orang2 yg fasiq.”

Lalu beliau pun berdalil dgn hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda;

مَنْ حَدَّثَ عَنِّيْ بِحَدِيْثٍ يَرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكاَذِبِيْنَ
“Barangsiapa memberitakan dariku satu hadits dan dia menyangka bahwa itu dusta mk dia termasuk salah satu dari para pendusta.”
Ketika seorang shahabat Nabi memberitakan hadits kepada shahabat yg lain mereka langsung menerima tanpa ragu sebagaimana yg dikatakan oleh Al-Bara‘ bin Azib radhiallahu ‘anhu:
ماَ كُلُّ ماَ نُحَدِّثُكُمْ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعْناَهُ، مِنْهُ ماَ سَمِعْناَهُ مِنْهُ، وَمِنْهُ ماَ حَدَّثَناَ أَصْحاَبُناَ، وَنَحْنُ لاَ نَكْذِبُ
“Tidak semua apa yg kami beritakan kepada kalian dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kami dengarkan langsung di antara ada yg kami dengarkan langsung dan di antara ada yg diberitakan oleh para shahabat kami dan kami tidaklah berdusta.”

mengambil pelajaran dari ulama

Syekh Abu Nashr as-Sarraj — rahimahullah — berkata: Ja’far al-Khuldi — rahimahullah — telah memberitahu saya, bahwa mendengar al-Junaid yang berkata, “Barangsiapa mencari sesuatu dengan
kejujuran dan bersungguh-sungguh tentu akan mendapatkannya. Dan seandainya tidak mendapatkan seluruhnya maka akan mendapat sebagiannya.”
Abu Said al-Kharraz — rahimahullah — berkata: Saya bermimpi seakan-akan saya melihat dua malaikat turun dari langit lalu berkata kepada saya, “Apakah kejujuran itu?” Maka saya menjawab, “Menepati janji.” Mereka kemudian berkata, “Anda benar.” Kemudian mereka naik lagi ke langit dan saya masih dapat melihatnya.
Yusuf bin al-Husain — rahimahullah — berkata, “Menurut hemat kami, kejujuran adalah cinta menyendiri, bermunajat kepada Allah, kecocokan antara yang tersembunyi dengan yang lahir disertai dengan kejujuran berbicara, sibuk mengurus diri sendiri tanpa melihat orang lain, menuntut ilmu serta mengamalkannya dalam tata cara makan, adab berpakaian dan mencari rezeki.” Hakim pernah ditanya, “Apa ciri-ciri orang yang jujur?” Maka ia menjawab, “Menyembunyikan ketaatan.” Kemudian ia ditanya lagi, “Apa yang paling menyenangkan hati orang-orang yang jujur?” Ia menjawab, “Menghirup udara segar ampunan Allah dan berbaik sangka kepada Allah swt.”
Dzun-Nun — rahimahullah — berkata, “Kejujuran adalah pedang Allah di bumi. Setiap kali diletakkan pada sesuatu tentu akan memotongnya.”
Al-Harits al-Muhasibi — rahimahullah — ditanya tentang kejujuran, maka ia menjawab, “Kejujuran adalah yang disertakan pada seluruh kondisi spiritual.”
Al-Junaid — rahimahullah — berkata, “Hakikat kejujuran akan berlaku sesuai dengan ketentuan Allah dalam semua kondisi.”
Abu Ya’qub — rahimahullah — berkata, “Kejujuran adalah kecocokan al-Haq dalam rahasia maupun lahiriah. Sedangkan hakikat kejujuran ialah berkata tentang kebenaran dalam
posisi-posisi yang mematikan.”
Sementara kaum Sufi yang lain ditanya tentang kejujuran, maka ia menjawab, “Benarnya menghadap pada tujuan.”

sebuah nasihat untuk perempuan

Janganlah engkau cemburu sebab itu adalah kunci perceraian, janganlah engkau suka mencela karena hal itu menimbulkan kemurkaan, bercelaklah karena hal itu adalah sebaik-baik perhiasan yg indah dan parfum yg paling baik itu adalah wudhu